Sabtu, 18 Desember 2010

Lembah Kelam dan Puncak Terang

Aku takut...
Rencana-rencanaku mulai menuntut
Otot hatiku semakin ciut
Tubuhku mulai kusut dan berbau kecut
Kulitku terlihat mengerut
Adakah pilihan selain menurut?

Tuhan...
Engkau mendengarku dalam tangisan
Tak terhitung berapa kali Engkau berpesan
Jelas dan lantang Kau ucap: "Jangan!"
Seakan tuli aku terus berjalan
Hingga sesal menjadi kado yang sepadan

Sekarang...
Setelah semua terang, aku tak mau bebal terulang
Barisan panjang goda tetap mengundang
Bagaimana aku tidak bimbang?
...masih kutemukan tanganku erat Tuhan pegang
Sambil menatapku dengan tenang
KataNya: "Jangan gamang, Aku tetap sayang...
Percaya saja pada apa yang Aku rancang!"

Seketika hatiku teduh
Menikmati jiwaku Ia basuh
Entah sudah berapa lama tanganNya merengkuh
Terlalu jauh jalan serong aku tempuh
Untuk tahu Dia selalu mengasuh
Sudah cukup semua riuh dan gemuruh
Kini aku tahu Dia yang aku butuh
Di dalamNya aku penuh dan teguh
Tidak ada lagi tidak acuh
Dan, jawabku: "Iya Tuhan, aku mau patuh!"


Tidak ada komentar: